Tugu yang diprotes komunitas sahabat bromo |
Belakangan
telah menjadi tren bagi netizen untuk mengkritik pembangunan landmark yang ada
di lautan pasir Taman Nasional Bromo Tengger Sumeru. Berkaitan dengan itu, saya
ingin menyampaikan beberapa pendapat saya yang berbeda mengenai pembangunan
landmark tersebut.
Tugu yang diprotes komunitas sahabat bromo |
Taman Nasional
Bromo Tengger Sumeru selain difungsikan sebagai area konservasi yang dilindungi
juga sebagai pariwisata. Stakeholder yang berperan dalam pengelolaannya adalah
UPT Balai TNBTS dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan
Kementerian Pariwisata juga sangat berperan dalam penentuan kebijakan. Dalam pengelolaan
Taman Nasional sangat perlu mengkaji lebih dalam mengenai pengembangan yang
akan dilakukan baik bersifat fisik maupun non fisik, tentunya pengembangan
tersebut telah mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya.
Baru- baru ini
telah terjadi pembangunan yang menjadi kontroversial di kalangan akademisi dan
praktisi pariwisata. Hal tersebut tidak lain adalah pembangunan Tugu besar di lautan pasir yang menjadi Landmark Taman
Nasional Bromo Tengger Sumeru. Pembangunan ini selain merusak kearifan lokal
tentang struktur alam lautan pasir, juga merusak estetika landskap yang
menjadikan alam sebagai obyek utamanya. Pembangunan-pembangunan yang bersifat
fisik perlu dikaji lebih dalam terutama mengenai dampak lingkungan dan aspek
estetika landskap.
Dalam pandangan
saya tidak sepenuhnya Pihak Balai Taman Nasional Salah dalam membangun, tentunya
mereka telah memiliki argumen dan alasan yang kuat mengapa pembangunan itu
dilakukan. Namun, apakah mereka memiliki argumen yang kuat dan ilmiah? Hal inilah yang perlu
di klarifikasi lebih lanjut kepada pihak yang berwewenang.
Taman Nasional
Bromo Tengger Sumeru merupakan salah satu dari sepuluh program prioritas
pemerintah untuk pengembangan pariwisata. Jadi, pembangunan tugu besar di lautan
pasir Bromo pastilah sudah dikaji mendalam, mungkin hanya persoalan peletakan
tempatnya yang kurang tepat dan sangat mengganggu estetika landskap. Hal seperti
inilah yang perlu didiskusikan dan duduk bersama dengan stakeholder pariwisata
yang terlibat supaya tidak menimbulkan salah dalam menentukan kebijakan.
Pembangunan
Tugu pada lautan pasir Bromo sangat erat kaitannya dengan wisata massal yang
sedang tren saat ini yaitu hanya untuk sekedar selfie kemudian mempublikasikan
pada sosial media bahwa orang tersebut pernah mengunjunginya. Dalam bisnis
pariwisata hal seperti ini sah-sah saja dilakukan karena pihak pengelola menangkap
pasar wisatawan yang tergolong menjanjikan. Hal yang menjadi persoalan adalah
Bromo bukanlah tujuan wisata massal, bahkan Bromo merupakan kawasan konservasi. Apakah
perlu mendatangkan wisatawan massal ke destinasi ini? Atau adakah hubungan
dengan Target Kunjungan wisatawan yang diprogramkan pemerintah? Sebagai orang
yang peduli terhadap pariwisata indonesia mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan
yang membuat kita terus berpikir dan menarik untuk mempelajarinya. Berkaitan dengan
hal ini, Pihak Balai Taman Nasional Bromo Tengger Sumeru sebaiknya mengkaji
ulang dengan apa yang telah dilakukannya supaya dapat meredam kemarahan para
praktisi dan akademi pariwisata. Selain itu, dapat mengklarifikasi lebih lanjut
alasan yang dapat diterima oleh masyarakat luas khususnya praktisi dan
akademisi pariwisata.
No comments:
Post a Comment