Dark tourism merupakan fenomena
pengembangan pariwisata baru dalam masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak
sepaham dengan kalangan akademisi tentang pengembangan dark tourism. Pada dasarnya tanpa disadari masyarakat umumnya telah
melakukan aktivitas pariwisata yang merupakan bagian dari dark tourism. Ketika
dalam suatu tempat terjadi suatu peristiwa bencana alam,kecelakaan, dan lain
sebagainya yang dianggap sebagai kekejaman, maka muncul sikap masyarakat untuk
sekedar ingin tahu apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Dengan munculnya
rasa ingin tahu maka mengundang masyarakat
untuk datang dan melihatnya. fenomena ini merupakan salah satu bentuk dari
pariwisata yang dianggap sebagai pariwisata gelap atau dark tourism.
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan merupakan sesuatu hal yang menarik untuk di
pelajari dan dipahami. Masyarakat modern pada umumnya telah bosan dengan
pariwisata yang konotasinya adalah perjalanan ke suatu tempat dengan tujuan
bersenang senang, kemudian banyak disediakan tempat hiburan dan lain
sebagainya. Dengan munculnya dark tourism
dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin melakukan suatu perjalanannya
dapat memahami arti penting dari sebuah kehidupan. Peristiwa kecelakaan merupakan suatu kejadian
yang tragis terjadi, namun dengan adanya peristiwa tersebut mendorong
masyarakat untuk melihat dan datang ke lokasi yang menjadi peristiwa kejadian.
Proses ini merupakan pembelajaran dan pengalaman bagi masyarakat yang dianggap
sebagai wisatawan untuk melihat dari sisi positifnya saja. Selain itu suatu
peristiwa bencana alam juga mengundang masyarakat untuk datang dan berkunjung.
Bencana
alam yang terjadi dalam suatu tempat juga merupakan contoh yang sama dari
kecelakaan. Apabila terjadinya bencana alam banyak masyarakat yang ingin tahu
dan mengunjunginya. Motivasi mereka ada yang hanya sekedar ingin tahu karena
penasaran dan ada yang ingin mengunjungi untuk memberikan bantuan sosial baik
berupa bantuan langsung dalam evakuasi korban bencana alam maupun bantuan
secara material. Fenomena ini sering terjadi dalam masyarakat. Apabila fenomena
ini dikatakan sebagai bentuk pariwisata maka muncul rasa tidak keinginan bagi
masyarakat yang terkena bencana untuk dikunjungi. Mereka menganggap bencana
tersebut bukanlah tontonan yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata.
namun, dalam hal ini semua stakeholder yang terlibat dalam pengembangan dark tourism harus menjelaskan secara
spesifik yang lebih ber etika sehingga dapat di terima oleh masyarakat luas pada
umumnya dan masyarakat yang mengalami kejadian bencana pada khususnya.
MOTIVASI
DARK TOURISM
Wisatawan yang mengunjungi
destinasi dark tourism memiliki
motivasi yang berbeda-beda. Namun demikian, wisatawan atau masyarakat yang
berkunjung ke destinasi dark tourism
mengarah pada pembelajaran dan pengalaman emosional yang dapat memberikan kepuasan
karena meningkatkan jiwa sosial seseorang terhadap suatu kejadian. Studi dark
tourism lebih mengidentifikasi motivasi yang mengadopsi dari perpektif
permintaan dimana cenderung mengekplorasi mengapa wisatawan pergi ke tempat
–tempat tujuan dark tourism tersebut (Bing-Jin et.al, 2016). Studi empiris yang
dilakukan oleh Biran et al. (2011) menunjukan bahwa motif untuk mengunjungi
kampung kematian Auschwitz-birkenau dapat dikategorikan dalam empat jenis yang
utama, diantaranya adalah : ‘Melihat untuk percaya’, Belajar dan pemahaman’,
‘terkenal atraksi kematian wisata’, dan pengalaman warisan emosional’.
Motivasi dark tourism
dibagi kedalam tiga dimensi yaitu : belajar dan kewajiban; program pendidikan;
alasan sosial dan ingin tahu (Kang et.al, 2012). Penelitian ini lebih memberikan
informasi mengenai faktor –faktor internal dan eksternal sehingga dapat
memberikan pemahaman yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Tiga dimensi yang
di tentukan merupakan cakupan yang luas dalam membahas pendidikan, sosial dan
rasa ingin tahu
No comments:
Post a Comment